Prevalensi Kelainan Refraksi Pada Usia Sekolah Di SDN Cibedug Kabupaten Bogor
Kata Kunci:
kelainan refraksi, anak usia sekolahAbstrak
Penglihatan adalah salah satu dari panca indera kita yang amat penting. Mata merupakan organ yang dapat menerima informasi secara visual untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan penglihatan yang ringan sampai berat dapat menyebabkan kebutaan yang menurunkan kualitas hidup seseorang dan bangsa. Tumbuh kembang mata manusia berlangsung sangat cepat sejak bayi dan awal masa kanak-kanak. Selanjutnya akan berlangsung sampai mencapai seperti orang dewasa pada usia 12 tahun Salah satu gangguan pengelihatan yang sering terjadi ialah kelainan refraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kelainan refraksi pada usia sekolah di kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan visus. Berdasarkan distribusi jenis kelamin pada penelitian ini dib SDN Cibedug 1 dan 2 laki laki yang paling banyak sedangkan di SDN Cibedug 3 perempuan yang mendominasi kelainan refraksi dan berdasarkan distribusi kelainan refraksi pada penelitian ini kelainan refraksi kategori miopia yang paling banyak.
Referensi
Dirani, M., Chamberlain, M., Shekar, S. N., Islam, A. F. M., Garoufalis, P., Chen, C. Y., Guymer, R. H., & Baird, P. N. (2006). Heritability of refractive error and ocular biometrics: The genes in myopia (GEM) twin study. Investigative Ophthalmology and Visual Science, 47(11), 4756–4761. https://doi.org/10.1167/iovs.06-0270
Ilyas, S. (n.d.). Ilmu penyakit mata. Edisi 3. 2008 / Sidarta Ilyas. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) , 2008. http://kin.perpusnas.go.id/DisplayData.aspx?pId=97624&pRegionCode=UNTAR&pClientId=650
Nassa Mokoginta, S., Marsiati, H., Indriawati, A., & Panjiasih Susmiarsih, T. (2019). Prevalensi Kelainan Refraksi pada Siswa SD Negeri 09 Pagi Tanah Tinggi Jakarta Pusat. Majalah Sainstekes, 4(1), 30–35. https://doi.org/10.33476/ms.v4i1.900
Oktarima, P., Caesarya, S., Irfani, I., Kuntorini, M. W., Memed, F. K., & Ginting, D. V. (2021). Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Jenis Kelainan Refraksi pada Anak di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. Oftalmologi: Jurnal Kesehatan Mata Indonesia, 3(2), 17–23. https://doi.org/10.11594/ojkmi.v3i2.15
Optometric, A. (2006). Care of the patient with toxemia. The American Journal of Nursing, 61, 101–103. https://doi.org/10.1097/00000446-196104000-00041
PhD, I. G. M. (n.d.). The biological basis of myopic refractive error. National Library of Medicine. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j.1444-0938.2003.tb03123.x
Riskesdas. (2013). National Health Survey. Science, 127(3309), 1275–1279. https://doi.org/10.1126/science.127.3309.1275
Saiyang, B., Rares, L. M., & Supit, W. P. (2021). Kelainan Refraksi Mata pada Anak. Medical Scope Journal, 2(2), 59–65. https://doi.org/10.35790/msj.2.2.2021.32115
Saniman. (2013). Efek Bekerja Dalam Jarak Dekat Terhadap Kejadian Miopia. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 13(3), 187–191.
Schaeffel, D. S. G. F. dan. (2008). Contrast adaptation induced by defocus – A possible error signal for emmetropization? https://doi.org/10.1016/j.visres.2008.10.016